Rabu, 09 Oktober 2013

PERAN KELUARGA, SEKOLAH, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM PENDIDIKAN



A.                Peran Keluarga Dalam Pendidikan
Proses pendidikan bagi generasi muda mempunyai tiga pilar penting. Ketiga pilar itu adalah sekolah, masyarakat dan keluarga. Pengertian keluarga tersebut nyata dalam peran orang tua. Pola penyelenggaraan pendidikan nasional mengakibatkan ketiga pilar penting terpisah. Sekolah terpisah dari masyarakat atau orang tua. Peran orangtua terbatas pada persoalan dana. Orang tua dan masyarakat belum terlibat dalam proses pendidikan menyangkut pengambilan keputusan monitoring, pengawasan dan akuntabilitas. Akibatnya sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada orangtua.
Anak merupakan masa depan bagi setiap orangtua. Pada usia balita, anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya seringkali pemurung, labil dan tidak percaya diri. Ketika menjelang usia remaja kadang-kadang mereka mengambil jalan pintas, dan minggat dari rumah dan menjadi anak jalanan. Kesibukkan orang tua yang berlebihan, terutama ibu, menyebabkan anak kehilangan perhatian.
Menurut Dr. Zakiah Drajat, tanggung jawab pendidikan islam yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:
1.      Memelihara dan membesarkan anak.
2.      Melindungi dan menjamin keamanan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianut.
3.      Memberi pengajaran dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang-peluang memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi-tinggi mungkin yang dapat dicapainya.
4.      Membahagiakan anak di dunia, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki Pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain :
1)      Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.
2)      Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak pilih.
3)      Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.
4)      Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri.
5)      Mengadakan perkumpulan antara orang tua dan anak. Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Jika kedua orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya maka anak-anak akan mencari contoh lain; baik atau buruk dan hal ini akan menyiapkan sarana penyelewengan anak. Hal yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian.
Orang tua adalah penanggung jawab utama dalam pendidikan anak, sedang sekolah atau guru adalah penerima tanggung jawab dari orang tua yang tentu saja akan bertanggung jawab juga kepada Allah tentang perlakuannya selama anak itu berada bersama mereka. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa kerja sama antara orang tua dan guru penting sekali. Sekolah dalam hal ini guru memikirkan dan memilih sarana, bahan dan metode pembelajaran di sekolah.
Orang tua mendukung proses pendidikan di sekolah dengan cara:
1)      Membimbing anak untuk terus melanjutkan apa yang sudah diberikan di sekolah.
2)      Menemukan minat-minat anak yang kemudian hasilnya dapat dikomunikasikan dengan sekolah
3)      Mengkomunikasikan masalah-masalah pendidikan sekolah anak dengan pihak sekolah
4)      Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Dengan mengetahui hal-hal yang terkait dengan pendidikan anak tersebut diatas diharapkan akan terbentuk hubungan yang baik antara anak, orang tua dan sekolah. Dengan demikian akan diperoleh optimalisasi pendidikan terhadap anak.

B.                Peran Sekolah Dalam Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga,terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia,sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dalam pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideologi dalam proses pendidikan disekolah. Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.
Ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung disekolah ini yaitu:
1)      Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkis
2)      Usia anak didik disuatu jenjang pendidikan relatif homogen
3)      Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan pendidikan yang harus diselesaikan
4)      Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum
5)      Adanya penekanan tentang kualitas tentang pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan mendatang
Sebagi lembaga pendidikan yang bersifat normal, sekolah memilki tanggung jawab yang berdasarkan atas asas-asas yang berlaku, meliputi:
1)      Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang di tetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku
2)      Tangung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi tujuan dan tingkat pendidikan yang di percayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa
3)      Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab professional pengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang di bawa dari keluarganya. Sementara itu dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum antara lain:
1)      Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
2)      Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.
3)      Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara.
Fungsi sekolah menurut Suwarno yang diperinci dalam bukunya Pengantar Umum Pendidikan adalah sebagai berikut:
1)      Mengembangkan  kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan; Di samping bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral.
2)      Spesialisasi; Di antara ciri makin meningatnya kemajuan masyarakat ialah makin bertambahnya diferensiasi dalam tugas kemasyarakatan dan lembaga sosial yang melaksanakan tugas tersebut. Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
3)      Efisiensi; Terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien, sebab: Seumpama tidak ada sekolah, dan pekerjaan mendidik hanya harus dipikul oleh keluarga, maka hal ini tidak akan efisien karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, serta banyak orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan yang di maksud. Karena pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan sistematis. Di sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus
4)      Sosialisasi; Sekolah mempunyai peranan yang penting di dalam proses sosialisasi, yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi mahluk sosial, mahluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. Sebab bagaimanapun pada akhirnya ia berada di masyarakat.
5)      Konservasi dan transmisi cultural; Fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya yang hidup dalm masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi cultural) kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.
6)      Transisi dari rumah ke masyarakat
7)      Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah di mana ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
Di sekolah anak tidak mempunyai “hak-hak istimewa” seperti hal nya dalam keluarga di rumah. Semua anak mempunyai hak yang sama, kewajiban yang sama, dan diperlakukan yang sama. Di sinilah anak diperkenalkan dengan prinsip-prinsip kehidupan demokratis.
Di sekolah anak-anak belajar berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan, yang akan  dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti di masyarakat dan inilah tugas utama dari sekolah.
Sejajar dengan kedudukan sekolah, ialah berbagai macam kursus-kursus, ditinjau dari fungsinya untuk memberikan bekal hidup kepada anak, maka nampaknya kursus–kursus ini lebih berhasil jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah biasa.

C.                Peran Masyarakat Dalam Pendidikan
Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama yang didasari pada pemahaman bahwa manusia hidup bermasyarakat. Pendidikan dalam konteks ini adalah usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung pada luas tidaknya produk serta kualitas pendidikan itu sendiri. Semakin besar output sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap dalam artian mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat, sebaliknya meskipun lembaga pendidikan mampu mengeluarkan outputnya tapi dengan SDM yang rendah secara kualitas, itu juga jadi masalah tidak saja bagi output yang bersangkutan tapi berpengaruh juga bagi masyarakat.
Pendidikan dan masyarakat saling keterkaitan, untuk mengembangkan pendidikan diperlukan partisipasi dari masyarakat. Masyarakat dalam konteks ini berperan sebagai subjek atau pelaku pendidikan, tanpa adanya kesadaran masyarakat akan pendidikan, maka negara tidak akan berkembang, kita akan tergantung pada orang atau negara lain yang jauh lebih berkembang dari kita, maka dari itu peranan masyarakat terhadap pendidikan sangat berpengaruh untuk perkembangan wilayah atau negaranya sendiri, melalui pendidikan masyarakat dapat memperoleh ilmu yang dapat ia manfaatkan di dalam kehidupan untuk kesejahteraan bersama.
Pembinaan dan tanggungjawab pendidikan oleh masyarakat, Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang yang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Baiknya kualitas suatu masyarakat ditentukan oleh kualitas pendidikan para anggotanya, makin baik pendidikan anggotanya, makin baik pula kualitas masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan dilingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di masyarakat. Meski demikian masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan Nasional, ikut melaksanakan pendidikan non pemerintah (sosial).
Walaupun tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan belum jelas, akan tetapi masyarakat harus berperan aktif dalam pendidikan, karena masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu untuk memperoleh kualitas yang baik terhadap pendidikan, maka kualitas masyarakat pun harus baik, agar saling menunjang antara satu dan lainnya, jika kualitas pendidikannya baik maka akan hasil didik yang baik secara keseluruhan.

D.                Peran Pemerintah Dalam Pendidikan
Peran pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan mencakup 2 aspek, yaitu aspek mutu dan aspek pemerataan pendidikan.
a.      Aspek Mutu
Mutu pendidikan di Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi, karena sampai saat ini bukti dari peningkatan mutu tersebut belum nampak jelas. Indikatornya dapat dilihat sebagai berikut :
1)      Prestasi : masih jauh dibawah standar yang diharapkan
2)      Aspek non akademik : banyak kritikan terhadap masalah kedisiplinan, moral dan etika, kreatiitas dan kemandirian serta sikap demokratis yang tidak mencerminkan tingkat kualitas yang diharapkan.
3)      Kualitas pendidik : masih rendahnya atau kurangnya kesadaran dari seorang pendidik untuk mendidik dengan sungguh-sungguh.
4)      Kondisi lingkungan sekolah untuk mengimplementasikan pendidikan yang bersifat non akademik : pemerintah harus lebih mengembangkan mutu sekolah dengan memberikan arahan dan perbaikan kegiatan belajar mengajar di sekolah yang didukung oleh tenaga kependidikan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pendidikan saat ini, antara lain :
1)      Pembenahan kurikulum pendidikan Memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, inovatif, demokratis dan sikap mandiri anak didik.
2)      Meningkatkan Kualifikasi Tenaga Pendidik yang sesuai dengan kompetensi, keahlian dan kebutuhan sekolah baik melalui pendidikan maupun pelatihan.
3)      Menciptakan suasana yang kompetitif antar sekolah dalam memajukan dan meningkakan kualitas siswa dan sekolah sesuai standar yang telah ditetapkan.

b.      Aspek Pemerataan Pendidikan
Pemerintah harus menjamin pemerataan kesempatan bagi seluruh anak dari semua lapisan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Akan tetapi angka pemerataan pendidikan saat ini baru mencapai 70%. Indikator permasalahnnya dapat dilihat sebagai berikut :
1)      Banyak lapisan masyarakat yang belum mendapatkan pendidikan dasar secara optimal, khususnya didaerah terpencil, pelosok dan kumuh.
2)      Faktor geografis wilayah Indonesia yang sulit dijangkau sehingga masih banyak anak didik yang tidak bersekolah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pendidikan saat ini, antara lain :
1)      Memberikan perhatian khusus kepada anak kurang mampu terutama yang berada di daerah terpencil, pelosok dan kumuh.
2)      Membangun gedung sekolah di tiap-tiap daerah.
3)      Memberikan kepercayaan kepada daerah untuk membangun pendidikan sampai ke daerah terpencil, sehingga pemerintah pusat tidak perlu mencapai kepelosok-pelosok daerah di Indonesia.

Jumat, 27 September 2013

AJARAN ALAM SEMESTA DALAM LONTAR TATTWA JNANA



Didalam teks-teks lontar bernuansa Siwaistis, seperti Tattwa Jnana kita menemukan dua istilah, yaitu Cetana dan Acetana yang sifatnya saling bertentangan. Acetana berarti ketidaksadaran atau ketidaktahuan. Cetana dan Acetana adalah asal mula yang sama halus dan gaibnya, ia adalah dua hakekat berpasangan yang beroposisi. Cetana dan Acetana itu yang disebut siwatattwa dan mayatattwa.  Cetana adalah siwatattwa dan acetana adalah mayatattwa. Sama-sama kecil dan halus. Mayatattwa tidak memilki cetana, tidak memilki jnana, hanya lupa tidak memiliki kesadaran. Siwatattwa mempunyai sifat-sifat sadar jernih bercahaya. Cetana merupakan asas roh sedangkan Acetana merupakan asas materi. Ditempatkannya dua asas ini sebagai asas pertama mengingatkan pada ajaran filsafat Samkhya yang bersifat dualis dengan menempatkan Purusa dan Prakerti sebagai asas pertama dalam teori evolusi semesta (Teori 25 Tattwas). Pengadopsian ajaran Samkhya kedalam teks Tattwa Jnana sangatlah mungkin, mengingat ajaran Samkhya umurnya sangatlah tua dan pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan filsafat Hindu, hanya saja teks Tattwa Jnana sifatnya sudah mengarah pada konsep Theistik dengan ditempatkannya "Parama Siwa" sebagai sumber kesadaran tertinggi, sehingga lebih mendekati filsafat Yoga oleh Maha rsi Patanjali yang dikenal dengan sebutan Sa-Iswara.
 Cetana merupakan asas roh yang menjadi jiwa semesta, sifatnya murni dan selalu sadar (Consciousness) sedangkan Acetana merupakan asas materi dari alam semesta yang sifatnya tidak sadar dan serba lupa (Unconsciusness). Cetana merupakan Siwatattwa yang posisinya berada diatas sedangkan Acetana disebut Mayatattwa tempatnya dibawah walaupun keduanya sama-sama bebas dari suka-duka namun hanya Cetana/Siwatattwa yang mampu menyusup dan menembus tattwa yang dibawahnya sedangkan Acetana tidak mampu mempengaruhi tattwa yang diatasnya. Cetana/Siwatattwa dipilah menjadi tiga, yang didalam Tattwa Jnana menyebutkan
......ikang sinangguh Siwa Tattwa, tiga prabhedanya lwirnya; Paramasiwa Tattwa, Sadasiwa Tattwa, Atmika Tattwa. (Tattwa jnana,2)
Artinya:
......yang disebut Siwa Tattwa ada tiga yaitu; Paramasiwa Tattwa, Sadasiwa Tattwa,Atmika Tattwa.

Pada dasarnya Siwa adalah satu namun keadaan dan sifatnya berbeda, yang secara Vertikal dipilah menjadi tiga bagian menyangkut keadaanNya yaitu: Paramasiwa, Sadasiwa, dan Atmika Tattwa atau Siwatma. Paramasiwa (Trancendent) adalah Siwa yang berada diluar jangkauan pikiran manusia, tidak dapat di ukur, bebas ciri, tanpa cemar karena bebas noda, ada di mana-mana, abadi, Ia tetap karena tidak bergerak, tak dapat dibayangkan (Apremaya) karena sifatnya tanpa batas (ananta), tidak bisa di beri batasan (Ani-desya), tidak dapat di bandingkan (Anaupamya), bebas dari penyakit (Anamaya), tidak dapat di lihat (Suksma), ada dalam semesta (Sarwagata), ada tanpa asal mula, kokoh (Dhruwa), tidak pernah berkurang (awyaya), Ia mengatur segala namun tidak diatur. Paramasiwatattwa adalah bhatara dalam keadaan tanpa bentuk, tidak bergerak, tidak guncang, tidak pergi, tidak mengalir, tidak ada asal, tidak ada yang dituju, tidak berawal, tidak berakhir, hanya tetap tak bergerak tetap tanpa gerak. Seluruh alam ini dipenuhi, diliputi, disangga, disusupi seluruh sapta bhuana ini olehNya. Saptapatala disusupi sepenuh-penuhnya tiada ruang yang terisi, pebuh terisi alam semesta ini olehnya.
Sadasiwa (Immanent) adalah Siwa yang sudah mulai aktif yang di penuhi oleh sifat Wyapara yang artinya dipenuhi oleh Sarwajna (serba tahu) dan Sarwakaryakartha (serba kerja). Sarwajna dan Sarwakaryakartha ialah Padmasana adalah singgasana Bhattara disebut Cadu sakti yaitu ibu sakti ialah tak ada kekurangan diseluruh alam semesta ini. yaitu ; kekuatan meresap (Wibhusakti), kekuatan ilmu pengetahuan (Jnanasakti), kekuatan atas kuasa (Prabhusakti). Dan Kriyasakti ialah mengadakan seluruh alam semesta ini, terlebih-lebih para dewata semuanya, demikian pula alam ini, pertiwi (tanah), apah (air), teja (cahaya), wayu (udara), akasa (either), matahari, bulan, planet, itulah semua karya Bhatara Sadasiwatattwa di alam niskala. Adapun karya Bhatara Sadasiwatattwa di alam sekala ialah Sang Hyang Sastra Agama, ilmu pengetahuan mantra, ilmu pengetahuan logika, demikianlah karya Bhatara Sadasiwatattwa ia berkuasa atas seluruh alam ini. Dari Wibhu dan Prabhusakti beliau mempunyai kekuatan untuk meresap dan merangkai (Utaprota). Ketika mengambil wujud Ia adalah mantramaka, yang bersifat mampu mendengar suara yang jauh dan dekat (Durasrawana), mampu mengetahui apa yang terjadi di tempat jauh dan dekat (Durasarwajna), mampu melihat yang jauh dan dekat (Duradarsana) selain itu beliau mempunyai delapan kekuatan yang di sebut Astaiswarya (Delapan kekuasaan), adapun Astaiswarya terdiri dari: Anima, Laghima, Mahima, Prapti, Prakamya, Isitwa, Wasitwa dan Yatrakamawasayitwa.
Atmika/Siwatma (Immanent) adalah Bhatara Siwa dalam keadaan Sadasiwa yang mempunyai kekuatan Uta (menyusup) bagai halnya api yang berada dalam kayu apai, api dalam kayu api itu tidak nampak. Demikian halnya Bhatara Sadasiwatattwa menyusupi mayatattwa tapi tidak nampak. Prota (merangkai), bagaikan permata Sphatika Bhatara Sadasiwatattwa tidak dapat dikotori hanya saja cetananya yang terlekati oleh Mala, dihiasi dan diselimuti oleh Mayatattwa. Akhirnya cetana itu menjadi tidak aktif, tidak lagi sarwajna, tidak lagi sarwakaryakartha. Maka ia disebut Atmikatattwa, Sang Hyang Atma Wisesa, Bhatara Dharma yang memenuhi alam semesta ialah jiwanya alam semesta, ialah jiwanya semua makhluk. Bhatara Dharma, walaupun ia ada di alam niskala yang berbadan turyapada, hanya cetananyalah yang menyebar memenuhi alam semesta. Berubah menjadi semakin besar menjadi jiwa semua makhluk. Maya itulah yang dipandang cetana yang memberi kesadaran.
Dari pertemuan Cetana dan Acetana maka lahirlah Tattwa-Tattwa berikutnya yaitu; Pradhana Tattwa, Triguna Tattwa, Budhi Tattwa, Ahangkara Tattwa, Bahyendriya Tattwa, Karmaindriya Tattwa, Panca Maha Bhuta Tattwa. Demikianlah evolusi Tattwa-Tattwa lainnya dari yang terhalus semakin mengkasar. Dari Panca Maha Bhuta Tattwa berkembang menjadi Sad Rasa selanjutnya melahirkan unsur Sukla dan Swanita, kedua unsur ini nantinya mengadakan seluruh mahluk hidup dalam bentuk jasmani. Dari sloka diatas dapat diketahui pula bahwasannya segala yang ada (alam Semesta) ini berevolusi dari Bhattara Siwa.
Bhatara Mahulun ingin melihat benda yang nyata, maka itu diberikannya Sang Hyang Atma, dipertemukan dengan Pradhanatattwa. Pradhanatattwa ialah anak Mayatattwa. Itulah sebabnya sifat Pradhanatattwa lupa tak ingat apapun. Bagi manusia dinamakan tidur. Lupalah yang menajdi badan Pradhanatattwa. Badan sang Hyang Atma adalah ingat selalu bertemunya ingat lupa itulah yang disebut Pradhana-purusa. Ketika bertemunya Pradhana dengan purusa itulah melahirkan cita dan guna. Citta adalah wujud kasarnya Purusa, guna adalah hasil Pradhanatattwa yang diberi kesadaran oleh purusa. Adapun guna itu ada tiga jenisnya yang berbeda-beda yaitu : tattwam, rajah, tamas. Itulah yang disebut triguna yang dipakai sebagai guna atau kualitas oelh citta.
Citta adalah cetana Sang Purusa yang dilekati, dihiasi oleh triguna. Adapun sifat-sifat triguna tersebut. Sattwa terang bercahaya melekati alam pikiran, rajah sifatnya goncang, bergerak cepat, tergesa-gesa, panas hati, cepat congkak, cepat tersinggung. Tamah sifatnya enggan, rahasia, malas, kotor, tak puas-puasnya mkan. Sattwa, rajah, tamah yang melekat pada alam pikiran (Citta) itulah yang menyebabkan atma menjelma berulang-ulang. Apabila hanya sattwa terang benderang bercahaya dalam alam pikiran itu menyebabkan atma mencapai kelepasan. Bila satwa bertemu dengan rajah itulah yang menyebabkan atma masuk surge. Satwa bertemu dengan rajah maka mengakibatkan lahir sebagai manusia.
Bertemunya Triguna dengan Citta lahirlah Buddhi. Sifat Buddhi adalah buddhi tanpa idep atau pikiran sebab buddhi itu sendiri adalah idep (pikiran). Buddhi seperti tidak mengetahui tetapi dia tahu. Buddhi itu hanya ingat akan baik dan buruk saja. Triguna yang diberi kesadaran oleh Citta itulah yang disebut Buddhi.
Dari Buddhi lahirlah angkara adalah wujud dari kasarnya kita itulah yang dikatakan cetana yang diberi kesadaran.  Dan budhi, hanya menjadikan tempat untuk menerima adanya ahamkara, ada tiga jenisnya yaitu : si waikreta, si taijasa, si bhutadi.
·         Ahangkara si waikreta adalah buddhi sattwa
·         Ahangkara si taijasa adalah budhi rajah
·         Ahangkara si bhutadi adalah budhi tamah
Ahangkara Si Waikrta menyebabkan adanya manah dan sepuluh indria yaitu caksu (mata), srotha (telinga), ghrana (hidung), jihwa (lidah), twak (kulit) yang disebut Pacendria, wak (mulut). Pani (tangan), pada (kaki), upasta (kelamin laki-laki), payu (pelesan),demikianlah yang disebut dengan Panca kamendriya. Kumpulan Panca Kamendriya dengan pacendriya disebut dengan Dasendriya.
Ahangkara Sibutani ialah yang menggabungkan adanya Panca tanmatra yaitu Sabda tanmatra, sparsa tanmatra, rupa tanmatra, rasa tanmatra, ganda tanmatra. Dari Panca Tanmatra lahirnya Panca Maha Buta. Aksa lahir dari Sabda tanmatra, wayu lahir dari sparsa tanmatra, teja lahir dari upa tanmatra, apah lahir dari rasa tanmatra, pertiwi lahir dari ganda tanmatra. Itulah intisari unsure kasar pertiwi, apah, teja, wayu, akasa itulah dijadikan bhuana oleh bhatara. Demikianlah keadaannya Panca Maha Buta itu yang bercampur dengan guna, dijadikan andhabhuana oleh bhatara. yaitu : Saptaloka bertempat di puncak yang tertinggi. Kemudian sapta patala, Bhuana sarira namanya.
Demikianlah keadaan semesta dari yang teratas hingga yang terbawah, didalam Bhur loka juga terdapat Sapta parwata (Tujuh gunung) yang terdiri dari: Gunung Malyawan, Nisada, Gandhamadana, Malayamahidhara, Trisrngga, Windhya dan Mahameru. Selain Sapta parwata terdapat pula Sapta arnawa yang terdiri dari: Lautan Tuak, Gunatebu, Garam, Minyak, Madu, Susu dan lautan Santan. Didalam Bhur loka terdapat pula Sapta Dwipa yaitu; Pulau Jambhu, Kusa, Sangka, Salmali, Gomedha, Puskara dan pulau Kronca. Sedangkan dibawah Sapta patala terdapat Balagadarba yang disebut Mahaneraka yang dibawahnya terdapat Sang Hyang Kalagnirudra, api yang terus berkobar, kobarannya mencapai 100.000 yojana dan menjadi dasar Sapta patala. Demikian keadaan Andabhuwana, bertingkat-tingkat sebagai rumaha lebah. Demikian banyaknya element kasar itu hasil ahamkara si bhutadi. Ahangkara si taijasa, yaitu sifat beristri dua orang yaitu membantu si waikrta dan si bhutadi. Ikut membuat sebelas indria (Ekadasendria) dan Pancatanmatra.
Selain Bhuwana Agung ada pula yang di sebut Bhuwana Alit (Badan manusia). Apapun yang terdapat didalam Bhuwana Agung terdapat pula dalam Bhuwana Alit begitu pula sebaliknya Bhuwana Alit ada didalam Bhuwana Agung karena keduanya tunggal adanya ;
Saptapatala ngaranya, patala silit, witala pupu, nitala tud, mahatala wtis, sutala panghaganing suku, talatala wahakangi talampakan, rasatala lepa- lepanya isor, nahan tang sinangguh sapta patala ngaranya. (Tattwa Jnana, 49-50)
Artinya:
Sapta Bhuwana terdiri dari: Bhur Loka adalah perut, Bhuwah Loka adalah hati, Swah Loka adalah dada. Tapa Loka adalah kepala, Jnana Loka adalah lidah, Maha Loka adalah hidung, dan Satya Loka adalah mata.
Itulah yang disebut Sapta Bhuwana.

Sapta Patala terdiri dari: Patala ialah dubur, Waitala adalah paha, Nitala adalah lutut, Mahatala adalah betis, Sutala adalah pergelangan kaki, Rasatala adalah telapaknya yang di bawah. Demikianlah yang disebut Sapta Patala namanya. Dari sini dapat dimengerti bahwasanya seluruh alam semesta ada dalam tubuh manusia, begitu pula sebaliknya, semua menempati posisinya masing-masing.
Demikianlah proses evolusi semesta yang dengan demikian segala yang ada ini mengalir dari Bhattara Siwa (Cetana) yang nantinya bermuara kembali pada Bhattara Siwa (Cetana) hal ini sesuai dengan gelar beliau sebagai Sang Hyang Sangkan Paraning Dumadi. Jadi kesimpulannya proses evolusi semesta di dalam SiwaTattwa berevolusi secara berjenjang dari unsur-unsur yang terhalus (abstrak) hingga terkasar (konkrit) atau terjadi dari unsur teratas hingga terbawah begitu pula sebaliknya terjadi proses pralina atau moksa dari bawah menuju keatas, maka semua unsur-unsur terkasar kembali pada unsur terhalus yang akhirnya menyatu kembali pada sumber yang tertinggi yaitu Cetana/ Siwatattwa (jenjang moksa) inilah konsep metu dan lina dalam Siwa Tattwa.